MENJALANI KHEMOTERAPI DAN TIPS KHEMOTERAPI

May 15, 2010 at 7:51 am 8 comments

Surat rujukan dari Prof kusampaikan kepada seorang ahli hematologi yang kebetulan adalah teman sejawat suamiku satu instansi. Setelah beliau menyimak kasusku dan mempelajari semua hasil pemeriksaan penunjangku, beliau memutuskan bahwa aku harus menjalani khemoterapi sebanyak   enam kuur dengan selang waktu istirahat 3 minggu, tanpa radiasi, dilanjutkan dengan konsumsi Tamoxifen 20mg setiap hari selama 5 tahun.

Meskipun aku merasa mantap dan mau menjalani terapi medis apa saja demi kesembuhanku, tak urung hati ini risau. Apalagi mendengar kata khemoterapi, mendengarnya saja merinding rasanya. Yang banyak aku dengar bahwa khemoterapi menyebabkan mual, muntah, lemas, sakit, rambut rontok sampai gundul. Hal lain yang membuatku risau adalah karena khemoterapi dilakukan secara infus, yang tentu saja tindakan ini bukan tanpa efek samping. Ah, aku hanya mengingat hal-hal buruk saja, yang semestinya tidak usah kupikirkan.

Suamiku mencari info obat-obat khemoterapi yang akan kujalani yaitu Cyclofosfamode, Adryamysin dan Fluorourasil, sambil menghitung, cukupkah tabungan kami untuk itu? Karena tidak dapat dipungkiri, obat-obat tersebut lumayan mahal. (Tahun 2008, tiga macam obat-obat tersebutmenghabiskan 1-2 juta untuk satu kali khemoterapi, dan mungkin lebih murah kalau kita tidak mengambil kelas VIP). Meskipun khemoterapi bisa dilakukan tanpa rawat inap, tapi suamiku ingin aku menjalani rawat inap sampai sehari setelah khemo, karena menurutnya kita tidak akan tahu reaksi tubuhku saat pertama kali mendapatkan obat-obat khemo (menurutku ini adalah wujud kerisauannya juga terhadap diriku dan aku menganggapnya sebagai tanda kasihnya untukku, terima kasih suamiku).

Sebetulnya aku ingin sesegera mungkin menjalani khemoterapi, karena aku khawatir masih ada sisa-sisa sel kanker yang akan berjalan-jalan ke bagian tubuhku yang lainnya bila dibiarkan. Tetapi setelah beberapa kali kontrol ke dokter Ongkologi-ku, beliau tetap tidak mengijinkanku menjalani khemoterapi sebelum luka operasiku benar-benar kering, bahkan beliau bersikukuh bahwa lukaku belum siap menerima khemoterapi walau menurutku luka operasiku telah kering. Kurang lebih 3 minggu setelah operasi baru kemudian aku diijinkan khemoterapi.

Pagi sebelum berangkat untuk khemoterapi, aku sarapan secukupnya dan minum air putih sebanyak mungkin, bahkan ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit. Pagi-pagi sekali kami tiba di RS Hasan Sadikin, kami disambut ramah oleh perawat-perawat yang sedang dinas saat itu. Mungkin karena sugesti, belum juga obat masuk, aku merasakan pusing. Setelah istirahat sejenak, rasa pusing kemudian hilang.

Sebelum jarum infuse dimasukkan ke lengan , aku mengingatkan perawat bahwa aku tidak boleh diinfus dari lengan sebelah kanan, karena lengan itu satu sisi dengan payudara yang dioperasi. Obat demi obat masuk melalui pembuluh vena-ku, diselingi istirahat dengan cairan ringer laktat. Saat obat itu masuk, tak urung perasaan waswas selalu menghampiri, dari tiga obat tersebut, menurut perawat ada satu obat yang terasa nyeri ketika obat itu masuk, tapi yang kurasakan bukan nyeri, hanya perasaan hangat menjalar dengan hanya sedikit sekali rasa nyeri (kutekankan ‘hanya sedikit sekali’ nyeri, karena memang rasa nyeri itu masih bisa ditolerir,jadi tidak usah khawatir atau takut).Tetes demi tetes obat yang masuk terus kuperhatikan dengan waspada dan aku sangat berhati-hati menjaga jarum infus di lenganku agar tidak bergeser (dengan berusaha untuk sama sekali tidak bergerak), karena aku khawatir bila bergeser maka obat-obat khemo itu akan memasuki jaringan, keluar dari pembuluh darah dan bisa menimbulkan luka di kemudian hari.

Mungkin karena aku meminum air putih secara terus menerus, aku harus bolak-balik ke toilet untuk buang air kecil. Dan memang, ketika aku buang air kecil untuk pertama kali setelah infuse masuk, warna urineku langsung berubah menjadi agak kemerahan. Itu berarti, obat khemoterapi yang masuk langsung disaring dan dibuang melalui ginjal. Jadi , manfaat air minum itu, membuang zat sisa dari obat khemoterapi tadi secara langsung.

Menjelang siang sampai malam hari, aku heran, karena aku tidak merasakan pusing, lemas atau mual sama sekali. Sampai suamiku berulang kali bertanya,” Bunda nggak mual? Bunda nggak pusing?” Dan aku menjawab tidak. Esoknya, kami bersiap-siap untuk pulang. Mulai terasa kepalaku pening, tapi belum terasa mual.

Hari demi hari kulalui. Ternyata keluhan-keluhan pasien khemoterapi yang selama ini aku dengar tidak sama dengan yang aku rasakan. Aku hanya merasakan kurang lebih 20% dari semua yang kudengar. Karena setelah aku mendapatkan suntikan, hari-hari yang sangat terasa lemas dan mual adalah hari ketiga dan keempat. Diluar hari itu, aku bisa menjalani aktivitas seperti biasa walau tidak 100% normal. Kurasakan bagaimana rasanya menjadi pasien khemoterapi, perasaanku bercampur aduk, diantara rasa lemas dan mual yang kurasakan, tidak nyaman, kadang aku merasa down, memikirkan hal-hal yang buruk mengenai  penyakitku ini, kadang aku kasihan pada anak-anak dan suamiku karena pada hari itu aku tidak bisa merawat mereka, suamiku bahkan kadang menjadi repot karenanya. Tetapi aku merasa terhibur bila ada teman atau sahabatku yang menelpon atau bila ada keluargaku yang datang. Adik-adikku sangat membantuku, mereka membagi tugas dari yang mengantar jemput anak-anak sekolah, sampai menyediakan makanan untuk keluarga.

Khemoterapi berikutnya, aku tidak terlalu khawatir lagi seperti ketika pertama kali mengalaminya. Aku pun tidak menginap, langsung pulang setelah semua obat-obat itu masuk melalui infus. Pada khemoterapi kesatu, aku merasa heran karena rambutku tidak rontok, aku bahkan menarik-narik rambutku dan ternyata rambutku masih kuat. Baru kemudian pada khemo kedua rambutku mulai rontok. Tapi suamiku menghiburku , menurutnya bila rambut rontok berarti obat khemo nya efektif membunuh sel-sel kanker sampai ke ujung kepala (akar rambut). Selain itu, kuku jari  tangan dan kakiku menghitam sebagai tanda bahwa obat khemo juga sampai ke ujung jariku, tetapi perubahan warna kuku ini hanya sementara, dan kembali berwarna merah muda setelah khemo dihentikan. Perubahan lain akibat khemo adalah menghitamnya kulit lengan yang mendapat infuse khemo, juga pembuluh vena tempat masuknya infus terlihat hitam, mengeras dan bahkan ada satu buah vena yang kolaps (menyempit dan tidak dilalui darah lagi, tapi hal ini tidak menjadi masalah karena biasanya darah akan mengalir ke vena yang berdekatan).

Dari pengalamanku menjalani khemoterapi, beberapa tips yang perlu diketahui adalah

  1. Minum air putih sebanyak mungkin sebelum, pada hari-hari selama ataupun setelah mendapat khemoterapi. Karena hal ini sangat bermanfaat untuk membuang zat sisa dari obat khemoterapi. Selain itu, aku merasa bahwa rasa mual akan lebih terasa bila aku minum air putih hanya sedikit
  2. Membawa persediaan obat sakit kepala, karena obat itu agak membantu mengurangi sakit (waktu itu aku membawa antalgin 500 mg dan juga membawa kayu putih atau balsam untuk mengurangi nyeri dan mual).
  3. Selalu ingatkan perawat yang memasang infus untuk  tidak memasang infus di lengan yang satu sisi dengan payudara yang dioperasi (bila dilakukan mastektomi radikal), dan sebisa mungkin jarum infus dipasang pada lengan bagian distal (lebih dekat ke arah ujung atau ke arah telapak tangan lebih baik, karena bila suatu saat vena tersebut tidak bisa digunakan lagi karena kolaps atau mengeras, bisa dicari vena yang lebih atas)
  4. Bila ada obat yang disuntikkan secara bolus (melalui jarum infuse tetapi langsung berhubungan dengan spuit), mintalah agar perawat menyuntikkan obat tersebut sambil duduk di atas sebuah kursi, karena selain kita merasa nyaman, obat yang disuntikkan pun bisa diatur agar didorong dengan sangat perlahan.
  5. Perhatikan tetesan infus agar selalu menetes dengan kecepatan yang sama, karena bila tetesannya melambat atau berhenti, itu adalah suatu tanda bahwa obat khemo ter-eksavasasi  keluar dari pembuluh darah dan memasuki jaringan
  6. Usahakan agar berhati-hati bila menggerakkan lengan yang terpasang infus. Sebisa mungkin lengan itu diam untuk mencegah jarum infus bergeser.
  7. Bila akan ke kamar mandi, mintalah bantuan suster untuk menangani infus, karena kadang akan keluar darah melalui selang infus, dan bila dibiarkan darah itu akan membeku dan menyulitkan jalannya obat, bahkan infuse menjadi tidak berfungsi sehingga harus dipasang infus baru di tempat lain
  8. Di rumah, karena adanya rasa mual, usahakan untuk tetap makan dan minum, meskipun hanya sedikit yang masuk tapi sesering mungkin. Pada khemo pertama aku diberi obat untuk mengurangi mual, tetapi karena kurasa sama saja dengan atau tanpa minum obat mual, maka kuputuskan untuk tidak minum obat selama aku bisa menahan rasa itu, begitu pula dengan obat sakit kepala.
  9. Minumlah suplemen. Karena biasanya pasien khemo akan mengalami penurunan jumlah sel darah putih yang berguna untuk daya tahan tubuh terhadap penyakit sehingga menurunkan daya tahan tubuh. Maka hindarilah adanya luka pada bagian tubuh, karena biasanya akan sembuh lebih lama dibandingkan orang normal, serta hindari kontak dengan orang sakit misalnya sakit flu. Tetapi hal ini tidak berlaku secara umum, karena dari pengalamanku, selama mendapat khemo aku tetap praktek sebagai dokter dan bertemu banyak orang sakit, tetapi Alhamdulillah, aku tidak tertular
  10. Usahakan untuk tidak minum obat-obat lain selain suplemen. Karena ketika mendapat khemo, obat-obat tersebut akan dimetabolisme di hati, sehingga hati akan bekerja keras, hal ini akan membebani hati bila kita meminum obat-obat lain (Kecuali atas anjuran dokter).
  11. Patuhilah segala anjuran dokter, untuk kontrol secara rutin dan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium setiap akan mendapat khemoterapi untuk memastikan bahwa semuanya masih dalam batas normal sehingga tubuh siap untuk menerima khemoterapi lagi.

Akhirnya, aku telah melewati 6 kuur khemoterapi walaupun dengan rasa capek, dan keluhan-keluhan lainnya, tetapi semua rasa itu tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan masa depan yang akan kusongsong dengan terus berdo’a dan berikhtiar agar aku sembuh. Amin, ya Rab…

Setelah melalui khemoterapi, masih ada pengobatan berikutnya yang harus aku jalani. Yuuk…. Kite ketemu lagi di posting berikutnya. Bye-bye….

Entry filed under: Breast Cancer with Me. Tags: , , , .

IV. GRADE DAN STADIUM KANKER PAYUDARA PESAN PENTING BAGI SESEORANG YANG TERDIAGNOSA KANKER

8 Comments Add your own

  • 1. r4j4b0rn30  |  May 26, 2010 at 4:13 am

    Salam Kenal,, saya salut sama kamu yang masih bisa berbagi dengan orang lain meskipun sedang dalam cobaan,, yang penting tepap bersabar dan terus bertawakkal karena segala sesuatu pasti ada hikmahnya,, Semoga Cepat Sembuh ya…

    Reply
    • 2. dirikuwanita  |  February 11, 2011 at 2:17 am

      Salam kenal…
      Amiiin.. terimakasih…sehat itu mahal. Jaga kesehatan ya..

      Reply
  • 3. Ahmad  |  May 26, 2010 at 4:16 am

    Salam kenal,, saya salut sama kamu yang masih bisa berbagi dengan orang lain meskipun sedang menghadapi cobaan,, yang penting tetap bersabar dan terus bertawakkal karena setiap cobaan pasti ada hikmahnya,, Semoga Cepat Sembuh ya…

    Reply
    • 4. dirikuwanita  |  May 26, 2010 at 3:39 pm

      Thanks Ahmad… Salam kenal, mudah2an kamu sehat selalu 🙂

      Reply
  • 5. smg-mus  |  May 26, 2010 at 3:43 pm

    ibu seorang dokter tentunya lebih banyak mengetahui berbagai hal tentang penyakit itu, juga tentunya mengetahui bagaimana cara yang paling baik untuk perawatannya, mengharukan sekali, saya punya kakakyang diambil kandungannya karena kanker, setelah di kemo kepalanya jadi gundul tapi bisa sembuh dan segar bugar, saya punya bulik yang diambil kedua payudaranya sehingga jadi trepes dadanya rata, di bestral (maaf saya awam sekali istilah2 kedokteran?) juga sembuh segar bugar. sekarang keduanya sudah meninggal karena usia tua. semoga ibu sembuh total, berbahagia bersama keluarga, suami dan anak2 tercinta serta dengan sanak famili dan handai taulan

    Reply
    • 6. dirikuwanita  |  May 27, 2010 at 7:11 pm

      Terima kasih Kamal… atas do’anya. Mudah2an Kakak dan Bulik Kamal selalu berada di sampingNya. Salam untuk keluarga, mudah2an selalu sehat dan berada dalam lindungan Allah Swt. Amin

      Reply
  • 7. Ummi Hannada  |  March 5, 2011 at 3:35 am

    Assalamu’alaikum wr wb, mb?
    salam kenal, Sy ibu dua anak, usia 36 th, 2 minggu yll operasi dan dokter menyarankan khemo 6x selama 3 bln sekali. setelah baca pengalaman Anda, insyaallah saya mantap jalani khemo. sebelumnya saya sempat bimbang , dengar efek kemo bgt menyiksa…

    Reply
  • 8. dirikuwanita  |  March 10, 2011 at 8:35 am

    Wassalamu’alaikum wr wb
    Halo Ummi, salam kenal… trimakasih atas komentarnya. Ya, saya tidak setuju kalo ada yang bilang bahwa kemo itu menyiksa… justru kemo itu adalah teman untuk melawan si kanker jahat.
    Selamat berkemo ya… nikmati saja…

    Reply

Leave a comment

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Categories

Recent Posts

traffic feed